Senin, 03 Oktober 2011

Kisah Seorang Anak dan Pohon Apel

oleh Ustd. Arief Nugroho Nur Prasetyo pada 04 Februari 2011 jam 20:14

Kisah lama..
Mungkin bisa mengingatkan kita, bahwa ada yang sering kita lupakan walaupun itu 'dekat'..
*)Ga tau aslinya dr mana. Cuma menceritakan ulang (maaf kalau ada salah translete, maklum br belajar ^^)..


KISAH SEORANG ANAK & POHON APEL
Al kisah, pada waktu yang lampau ada sebuah pohon.
Pohon itu sangat menyukai seorang anak kecil.
Anak itu sering datang dan bermain di sekitarnya setiap hari..
Dia berayun-ayun di dahan pohon itu…
Dia memanjat batangnya…
Memakan apelnya…
Berteduh di bawahnya, sampai tertidur lelap…
Si anak laki-laki sangat menyukai pohon itu, dan si pohon pun merasa sangat bahagia..

Waktu terus bergulir, si anak semakin dewasa…
Suatu hari, si anak datang pada si pohon.
Si pohon berkata; “Ayo, bermain denganku!”
“Aku bukan anak kecil lagi, aku tidak bermain lagi dengan pohon. Aku sekarang ingin mainan. Aku perlu uang untuk membelinya.”
“Maaf, aku tak punya uang, namun kau bisa memetik seluruh apelku dan menjualnya, sehingga kau nanti mempunyai uang,” kata pohon apel.
Anak laki-laki itu sangat gembira lalu memetik seluruh buah apel dan membawanya pergi dengan bahagia. Pohon apel ikut berbahagia.


Semenjak itu, si anak laki-laki tidak pernah lagi mengunjungi si pohon apel,.
Si pohon apel merasa sedih…
Pada suatu hari, anak laki-laki itu (yang telah menjadi dewasa), kembali muncul menghampiri pohon apel. Pohon apel sangat bergembira dan berkata : “Ayo, bermain denganku !”
“Aku tak punya waktu untuk bermain. Aku harus bekerja untuk keluargaku. Sekarang, kami butuh rumah untuk tinggal. Bisakah kau membantuku?”
Kata pohon itu, “Maaf, aku tidak punya rumah untukmu. Tapi kau bisa memotong dahanku untuk membangun rumahmu.”
Jadi si anak laki-laki itu memotong semua cabang dan dahan daripohon itu, dan pergi dengan gembira…

Si pohon merasa senang melihatnya gembira, tapi sejak itu, anak laki-laki itu tak pernah kembali lagi..
Si pohon kembali merasa kesepian dan sedih..
Di suatu musim panas, anak laki-laki itu datang kembali. Si pohon merasa sangat senang, dan berkata, “Ayo, bermain denganku!”
Kata anak itu, “Aku sudah beranjak tua sekarang. Aku mau pergi berlayar untuk dapat bersantai. Bisakah kau memberiku sebuah perahu?”
Kata si pohon, “Pakai batangku untuk membuat perahu. Kau bisa berlayar jauh dan bergembira nantinya.”
Jadi si anak laki-laki memotong batang si pohon untuk membuat perahu. Kemudian dia pergi berlayar dan tak pernah muncul lagi untuk waktu yang lama.”

Pohon itu bahagia, tapi sebenarnya tidak begitu..
Akhirnya laki-laki itu kembali lagi setelah bertahun-tahun lamanya. “Maaf anakku, aku tak memiliki apa-apa lagi untuk bisa kuberikan kepadamu. Tak ada buah apel lagi untukmu….. ,” kata si pohon apel. “Tidak masalah, aku sudah tak mempunyai gigi untuk menggigit….,” jawab lelaki (yang telah menjadi tua) itu.
“Tak ada lagi batang yang bisa kau panjat..” kata si pohon.
“Aku sudah terlalu tua untuk itu..”, jawab si lelaki.
“Aku benar-benar tak punya apapun lagi untuk diberikan padamu… yang ada hanya akarku yang kering.” kata si pohon sambil menangis.
Aku tak butuh banyak hal sekarang. Yang kubutuhkan hanya tempat untuk beristirahat. Aku lelah setelah menjalani hidup bertahun-tahun.” jawab si lelaki..
“Ooh baguslah! Akarku yang sudah tua ini adalah tempat yang nyaman untuk beristirahat. Mari, duduklah bersamaku dan beristirahatlah,” kata pohon apel.
Akhirnya si anak laki-laki yang telah tua itu duduk di atas akar si pohon. Si pohon pun bahagia dan tersenyum sambil meneteskan air mata..



Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar